Stockholm Syndrome

Credit for Image: https://pin.it/5WUjUXI

Stockholm Syndrome, kita sering mendengar istilah ini ketika menonton berita tentang penculikan. Tapi, apa sebenarnya Stockholm Syndrome ini? 

Stockholm Syndrome adalah kondisi di mana seseorang merasakan simpati atau pun rasa nyaman dengan si penculik selama dia ditahan oleh sang penculik. Bisa di bilang terbentuknya ikatan emosional dengan si penculik dan membuat sang korban merasa bersimpati kepada si penculik. 

Kondisi ini membuat mereka tidak mencoba untuk melarikan diri tapi memberikan kesempatan atau bahkan si korban akan membuat si penculik mendapatkan keringanan atau bahkan tidak di hukum sama sekali atas apa yang mereka lakukan. 

Awalnya istilah Stockholm Syndrome muncul untuk menggambarkan apa yang terjadi kepada korban perampokan bank pada tahun 1973 di Stockholm, Swedia, Yang di mana, sebagian besar karyawan bank yang di sandra menjadi simpatik kepada para perampok dan malah menolak meninggalkan para perampok dan berusaha membela mereka. Mereka bahkan menolak untuk bersaksi dan mengumpulkan uang untuk membantu para perampok. Itu semua bisa terjadi karena mereka sudah menjalin ikatan emosional kepada para perampok. 

Sebenarnya Stockholm Syndrome sangat jarang terjadi. Menurut perkiraan The Federal Bureau of Investigation hanya kurang dari 8% dari korban penculikan yang menunjukkan bukti perilaku Stockhlom Syndrome ini. 

Seseorang dengan Stockholm Syndrome biasanya memiliki perasaan yang sedikit membingungkan kepada pelaku, seperti:

  1. Cinta
  2. Simpati
  3. Empati 
  4. Keinginan untuk melindungi mereka
Kemungkinan faktor dari Stockholm Syndrome bisa di alami oleh sesorang bisa jadi karena:

  • Berada dalam situasi yang penuh emosi dalam waktu yang terlalu lama. 
  • Berada di ruangan yang sama dengan si penyandra dengan kondisi yang kurang baik(Kekurangan makanan, lingkum ruangan yang tidak nyaman).
  • Adanya ketergantungan dari si sandra kepada si penyandra untuk memenuhi kebutuhan dasar.
  • Tidak mendapatkannya ancaman yang mengancam nyawa. 
  • Si penyandra memperlakukan para sandra dengan baik atau menahan diri mereka untuk tidak menyakiti para sandra. 
Gejala yang mungkin saja terlihat dari peralaku korban, yaitu:
  • Menjadi mudah terkejut.
  • Menjadi sulit mempercayai orang lain, termasuk teman, keluarga, maupun pihak berwajib yang bermaksud menolong mereka
  • Sering mendapatkan kilas balik
  • Tidak bisa merasakan kesenangan ketika melakukan hal yang sebelumnya bagi dirinya menyenangkan
  • Mudah marah
  • Sering bermimpi buruk
  • Sulit berkonsentrasi
  • Merasa tidak mampu unruk melakukan terapi yang dapat membuatnya terlepas dari Syndrome yang di deritanya
  • Merasa bahwa penyandranya baik
  • Mendukung si pelaku dan alasan dari si pelaku melakukan penyandraan
Walaupun begitu sebenarnya Stockholm Syndrome tidak tergolong dalam DSM-5. Itu karena Stockholm Syndrome merupakan istilah yang digunakan untuk mengatasi situasi traumatis yang di alami korban. 

Namun, seseorang dengan Stockholm Syndrome memenuhi kriteria dari seseorang yang memiliki gangguan stress akut atau biasanya di sebut PTSD. Maka dari itu masih bisa mendapatkan perawatan dari psikoterapi.

Sekian, Terimakasih.









 Daftar Pustaka:

https://en.wikipedia.org/wiki/Stockholm_syndrome

https://www.verywellmind.com/stockholm-syndrome-5074944

https://www.webmd.com/mental-health/what-is-stockholm-syndrome

7 komentar: